Jumat, 24 Mei 2013

Kelulusan UN SMA/Sederajat Tahun Pelajaran 2012/2013 Di Atas 99 Persen

Jakarta --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, menyampaikan hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/sederajat kepada publik, di Kantor Kemdikbud, Kamis (23/05). Dalam paparannya disebutkan, untuk SMA, dari 1.581.286 peserta, sebanyak 1.573.036 siswa atau 99,48 persen dinyatakan lulus. Sedangkan untuk SMK,  dari 1.106.140 peserta, sebanyak 1.105.539 siswa atau 99,95 persen peserta UN SMK dinyatakan lulus. Kelulusan tersebut diperoleh dengan kombinasi nilai UN murni dan nilai sekolah.
Dari paparannya pula diketahui, kelulusan SMA tahun ini turun 0,02 persen dari tahun lalu yang 99,50 persen. Sedangkan kelulusan SMK justru mengalami kenaikan 0,23 persen dari tahun lalu yaitu 99,72 persen. Mendikbud mengatakan, naik turunnya persentase kelulusan ini masih wajar. Dan kekhawatiran masyarakat akan terganggunya penilaian karena penundaan UN di 11 provinsi maupun lembar jawaban yang buruk pun tidak terbukti.
“Memang ada penurunan, tapi tidak signifikan. Artinya, persoalan kemarin tidak mengganggu dari sisi kelulusan dan dari sisi pelaksanaan. Jadi LJUN kemarin tidak mempengaruhi,” kata Mendikbud di selah-selah paparannya.
Ada dua penyebab ketidaklulusan siswa peserta UN, yaitu nilai rata-rata di bawah 5,5, atau meski rata-rata mencukupi tapi ada satu atau dua mata pelajaran yang bernilai di bawah 4. Dengan rumus tersebut, ketidaklulusan untuk tahun ini tercatat 8.250 (0,52 persen) siswa SMA dan 601 (0,05 persen) siswa SMK.
Mendikbud menyebutkan, tahun ini terdapat 15 ribu sekolah atau 86,98 persen sekolah yang lulus UN 100 persen. Dari jumlah 15 ribu sekolah tersebut menaungi 1,3 juta siswa peserta UN. Namun demikian, mantan Rektor ITS ini mengakui, terdapat 24 sekolah yang kelulusannya nol persen. Dari 24 sekolah ini tercatat 899 siswa peserta UN di dalamnya.
Untuk ketidaklulusan nol persen di 24 sekolah ini belum disebutkan sekolah dan di wilayah mana saja. Mendikbud mengatakan, akan melakukan diagnosa terhadap kondisi tersebut. Jika nanti telah diketahui hasil diagnosanya, baru akan dilakukan intervensi. Intervensi tidak hanya dilakukan kepada sekolah yang tingkat kelulusannya nol persen saja, tapi juga berlaku untuk sekolah yang kelulusannya rendah.
“Pertama kita lihat gurunya. Apakah cukup atau tidak. Apakah gurunya sudah sertifikasi atau belum. Infrastrukturnya seperti apa. Setelah ketemu resepnya apa, baru kita intervensi. Mereka akan diberi pembinaan,” katanya. (AR)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar