Minggu, 17 April 2011

CARA MUDAH MENGHAPAL TABEL PERIODIK


Dalam mempelajari bab Sistem Periodik Unsur, tentunya kita dihadapkan pada Tabel Periodik Unsur yang terdiri dari puluhan unsur. Seiring dengan berlangsungnya proses pembelajaran kimia, kita tidak akan terlepas dari unsur-unsur yang tercantum dalam Tabel Periodik Unsur tersebut. Berikut ini, sedikit tips dari saya untuk rekan-rekan netter kimia mania, untuk menghapal tabel periodik unsur,yang sampai sekarang pun saya masih menggunakannya untuk mengingat unsur-unsur tersebut. Check this out…!!

Golongan IA (ALKALI)
Unsur: H – Li – Na – K – Rb – Cs – Fr
Tips: HaLiNa Kawin Robby Cs Frustasi

Golongan IIA (ALKALI TANAH)
Unsur: Be – Mg – Ca – Sr – Ba – Ra
Tips: Bebek Mangan Cacing Seret Banget Rasane

Golongan IIIA (BORON)
Unsur: B – Al – Ga – In – Tl
Tips: Bang Ali Gagal Injek Telor

Golongan IVA (KARBON)
Unsur: C – Si – Ge – Sn – Pb
Tips: Cerita Singkat Gegerkan Sang Prabu

Golongan VA (NITROGEN)
Unsur: N – P – As – Sb – Bi
Tips: Nembak Pacar Asal Sabar Bisa

Golongan VIA (OKSIGEN)
Unsur: O – S – Se – Te – Po
Tips: Om Saya Sedang Telepon Polisi

Golongan VIIA (HALOGEN)
Unsur: F – Cl – Br – I – At
Tips: Film Charles Bronson Idaman Ati

Golongan VIIIA (GAS MULIA)
Unsur: He – Ne – Ar – Kr – Xe – Rn
Tips: Heboh Negara Argentina Karena Xenat Runtuh

Untuk Golongan Transisi, ditekankan pada hapalan unsur yang sering muncul di soal-soal kimia, yaitu unsur-unsur yang terletak pada Periode Keempat pada tabel periodik, tapi hanya yang termasuk golongan transisi. Unsur- unsur tersebut adalah:

Unsur: Sc – Ti – V – Cr – Mn – Fe – Co – Ni – Cu – Zn
Tips: Suci Titip Verra Cari Mangan, Feri Cocok Nikahin Cucunya Zaenudin

Semoga Bermanfaat& selamat belajar!!!

Jumat, 15 April 2011

Shofeware konverter PDF

Pingin Ubah File PDF ke WORD  ?  Download dulu disini

Kamis, 14 April 2011

10 Sebab SBI dihentikan

             Ada sepuluh kelemahan utama yang menjadi alasan kuat bagi Kementrian Pendidikan Nasional untuk segera menghentikan program sekolah bertaraf Internasional (SBI). Mulai dari salah konsep hingga merusak bahasa dan mutu pendidikan, program SBI dianggap tidak cocok dan harus segera ditinggalkan.
Demikian dilontarkan Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Satria Dharma dalam Petisi Pendidikan tentang Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang dinilai sebagai program gagal. Petisi itu dipaparkan Ketua Umum IGI Satria Dharma di depan Komisi X DPR RI, Selasa (8/3/2011), untuk mendesak Komisi X segera menghentikan sementara seluruh program SBI.
"Program SBI itu salah konsep, buruk dalam pelaksanaannya dan 90 persen pasti gagal. Di luar negeri konsep ini gagal dan ditinggalkan," kata Satria tentang isi petisi tersebut.
Menurutnya, sepuluh kelemahan mendasar program SBI itu harus dievaluasi, diredefinisi, dan perlu dihentikan. Kelemahan pertama, kata Satria, program SBI jelas tidak didahului riset yang lengkap sehingga konsepnya sangat buruk.
"Bisa dibuktikan, bahwa tidak jelas apa yang diperkuat, diperkaya, dikembangkan, diperdalam dalam SBI," tegas Satria.
Kedua, SBI adalah program yang salah model. Kemdiknas membuat panduan model pelaksanaan untuk SBI baru (news developed), tetapi yang terjadi justru pengembangan pada sekolah-sekolah yang telah ada (existing school).
Ketiga, program SBI telah salah asumsi. Kemdiknas mengasumsikan, bahwa untuk dapat mengajar hard science dalam pengantar bahasa Inggris, seorang guru harus memiliki TOEFL> 500.
"Padahal, tidak ada hubungannya antara nilai TOEFL dengan kemampuan mengajar hard science dalam bahasa Inggris. TOEFL bukanlah ukuran kompetensi pedagogis," paparnya.
Satria memaparkan, kelemahan keempat pada SBI adalah telah terjadi kekacauan dalam proses belajar-mengajar dan kegagalan didaktik. Menurutnya, guru tidak mungkin disulap dalam lima hari agar bisa mengajarkan materinya dalam bahasa Inggris. Akibatnya, banyak siswa SBI justru gagal dalam ujian nasional (UN) karena mereka tidak memahami materi bidang studinya.
"Itulah fakta keras yang menunjukkan bahwa program SBI ini telah menghancurkan best practice dan menurunkan mutu sekolah-sekolah terbaik yang dijadikan sekolah SBI," tambahnya.
Di sisi lain, hasil riset Hywel Coleman dari University of Leeds UK menunjukkan, bahwa penggunaana bahasa Inggris dalam proses belajar-mengajar telah merusak kompetensi berbahasa Indonesia siswa.
Sementara itu, kelemahan kelima dari SBI adalah penggunaan bahasa pengantar pendidikan yang salah konsep. Dengan label SBI, materi pelajaran harus diajarkan dalam bahasa Inggris, sementara di seluruh dunia seperti Jepang, China, Korea justru menggunakan bahasa nasionalnya, tetapi siswanya tetap berkualitas dunia.
"Kalau ingin fasih dalam berbahasa Inggris yang harus diperkuat itu bidang studi bahasa Inggris, bukan bahasa asing itu dijadikan bahasa pengantar pendidikan," tegas Satria.
Keenam, SBI dinilai telah menciptakan diskriminasi dan kastanisasi dalam pendidikan. Sementara itu, kelemahan ketujuh menegaskan, bahwa SBI juga telah menjadikan sekolah-sekolah publik menjadi sangat komersial.
"Komersialisasi pendidikan inilah yang kita tentang, karena hanya anak orang kaya yang bisa sekolah di SBI," tandas Satria.
SBI juga telah melanggar UU Sisdiknas. Karena menurut Satria, pada tingkat pendidikan dasar sekolah publik atau negeri itu wajib ditanggung pemerintah. Kenyataannya, dalam SBI peraturan ini tidak berlaku.
Kedelapan, SBI telah menyebabkan penyesatan pembelajaran. Penggunaan piranti media pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD juga menyesatkan seolah karena tanpa itu semua sebuah sekolah tidak berkelas dunia.
"Program ini lebih mementingkan alat ketimbang proses. Padahal, pendidikan adalah lebih ke masalah proses ketimbang alat," katanya.
Kelemahan kesembilan, lanjut dia, SBI telah menyesatkan tujuan pendidikan. Kesalahan konseptual SBI terutama pada penekanannya terhadap segala hal yang bersifat akademik dengan menafikan segala hal yang nonakademik.
"Seolah tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan siswa sebagai seorang yang cerdas akademik belaka, padahal pendidikan bertujuan mendidik manusia seutuhnya, termasuk mengembangkan potensi siswa di bidang seni, budaya, dan olahraga," ujar Satria.
Kelemahan terakhir, SBI adalah sebuah pembohongan publik. SBI telah memberikan persepsi yang keliru kepada orang tua, siswa, dan masyarakat karena SBI dianggap sebagai sekolah yang "akan" menjadi sekolah bertaraf Internasional dengan berbagai kelebihannya. Padahal, kata Satria, kemungkinan tersebut tidak akan dapat dicapai dan bahkan akan menghancurkan kualitas sekolah yang ada.
"Ini sama saja dengan menanam 'bom waktu'. Masyarakat merasa dibohongi dengan program ini dan pada akhirnya akan menuntut tanggung jawab pemerintah yang mengeluarkan program ini," kata Satria.

Sumber : Kompas.co.id